Dunia dengan ilmu

Dunia tanpa ilmu maka dapatkah kau melihat wibawa pada sosok orang tersebut! "(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS. Ar Ruum : 6-7) Pada zaman sekarang ini mayoritas manusia menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya serta mengeluarkan banyak ongkos dan biaya besar untuk mempelajari apa yang membuat baik bagi dunia mereka, yang sudah pasti akan meninggalkan mereka nantinya, sementara mereka tidak berfikir untuk mengorbankan sebagian waktu dan hartanya guna mempelajari apa yang membuat baik akhirat mereka. Mereka adalah orang-orang yang lalai dan semoga kita dijauhkan dari golongan mereka. Sebagaimana yang Allah firmankan pada ayat yang tersebut diatas. Ibnu katsir ra berkata dalam menafsirkan ayat diatas: "Yakni, sebagian besar manusia tidak memiliki ilmu kecuali tentang dunia, berbagai keuntungan yang dia peroleh darinya, tentang urusan-urusan dunia dan apa saja yang ada didalamnya. Mereka pandai lagi cakap dalam mendapatkan dunia dan sisi-sisi keuntungannya, tapi mereka lalaiI dalam urusan-urusan agama dan apa-apa yang berguna bagi mereka dinegeri akhirat. Seolah-olah salah seorang diantara mereka bodoh, tak punya otak dan fikiran". Hasan Al Bashri mengatakan : "Demi Allah, salah seorang diantara mereka benar-benar mencapai dunianya, sampai-sampai ia bisa membolak-balikkan uang Dirham diatas kukunya, kemudian memberitahukan padamu berapa beratnya, sementara ia tidak dapat mengerjakan shalatnya dengan baik". (Tafsir Ibnu Katsir III/427) Orang yang berakal dan berbahagia adalah orang yang berusaha untuk mempelajari apa yang membuat ia benar dalam beribadah kepada Rabbnya dalam kehidupan didunia yang fana ini, agar supaya ia termasuk golongan orang yang beroleh kenikmatan selamanya dinegeri akhirat yang kekal abadi. Yaitu dengan jalan mengenal rabbnya, mengamalkan perintahnya serta menjauhi larangan-laranganNya sekaligus memahami dengan baik hakikat dunia yang hanya sekedar tempat singgah seorang musafir untuk kemudian melanjutkan perjalanan kearah tujuan yang sebenarnya dunia yang akan segera lenyap dan beralih ke negeri akhirat yang kekal. Sebagaimana firmanNya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itu adalah negeri yang kekal". (QS. Mu'min : 41) Dan Allah swt berfirman: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main belaka. Dan sesungguhnya negeri akhirat itu adalah kehidupan yang sempurna kalau kamu mengetahui". (QS. Al 'Ankabut : 64) Hebatnya sebuah dunia menjadikan dien ini mewajibkan kepada umatnya agar mempelajari hakikat dien ini, yang mengajarkan agar berhati-hati terhadap dunia, yang mengenalkan kepada penganutnya akan kehidupan yang sebenarnya, yang menyadarkan kepada penganutnya agar tidak terus-menerus ditipu dan diperdayai olehnya, yang menjadikan pengikutnya cerdas dan terampil dalam memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya dan umatnya. Mana yang wajib ditaati dan mana yang wajib dimusuhi sehingga tidak menjadi samar mana yang kawan dan mana yang lawan. Dien ini pula yang dengan Kitab Sucinya mengajarkan tentang hukum yang seharusnya menjadi landasan dan pedoman dalam mengambil kebijakan pada suatu negara, agar tidak tersesat dan terjerumus kedalam jurang kehancuran. Dienul Islam! Dien yang sempurna, dien yang menjadi contoh dalam menerapkan ilmu kedalam kehidupan manusia. Maka, sebagaimana perkataaan Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz dalam kitabnya "Al Jami' fie Thalabil Ilmi Asy Syarif", bahwa sisi wajib dari mempelajari Ilmu syari ini adalah pada keharaman seorang muslim mengucapkan suatu perkataan atau melakukan suatu perbuatan sehingga dia mengetahui lebih dahulu hukum Allah didalamnya, kemudian ia melakukan apa yang dia kehendaki dengan dasar hujjah dan ilmu. Ilmu harus (baca:wajib) dimiliki sebelum perkataan dan perbuatan. Wajibnya ilmu datang menurut tertib urutan berikut, yakni keimanan secara ijmal (global), yang merupakan kewajiban pertama bagi seorang mukallaf, kemudian setelah itu, dia wajib mempelajari syariat-syariat iman yang wajib dia amalkan. Inilah yang dikenal dengan dengan iman yang rinci. Ilmu tentang hal itu merupakan jembatan yang menghubungkan antara keimanan secara global dengan keimanan yang rinci. Adapun petunjuk yang jelas akan hal ini sebagaimana sabda Rasulullah kepada Muadz ra : "Sesungguhnya kamu akan mendatangi satu kaum dari golongan Ahli Kitab. Maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah. Jika mereka mentaati ajakan itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mentaati ajakan itu, maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat, yang diambil dari orang-orang kaya mereka, kemudian dikembalikan kepada orang-orang miskinnya. Dan jika mereka mentaati ajakan itu, maka jauhilah hartabenda mereka yang berharga, dan takutlah pada doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tiada tabir pemisah antara doa orang yang teraniaya dengan Allah". (Muttafaqun 'alaihi), adapun lafadznya dari muslim. Ajakan kepada ikrar dua kalimat syahadat adalah keimanan secara global, kemudian diperinci dengan shalat, zakat dll. Sedangkan ilmu sebagai jembatan yang menghubungkan keduanya, ditunjukkan dalam sabda nabi saw " maka beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka…". dan posisi wajibnya adalah setelah keimanan secara global dan sebelum keimanan secara mendetail.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih, semoga bermanfaat